Kamis, 13 Februari 2014

KOEDOE DJADIE ART PRODUCTION



KOEDOE DJADIE ART PRODUCTION



Berdasarkan pada kegemaran di dunia seni rupa dan kriya, KOEDOE DJADIE ART PRODUCTION merupakan suatu wadah atau perkumpulan buat orang-orang yang memiliki daya kreatifitas yang disalurkan dalam bentuk seni rupa ataupun kriya. Seperti aksesoris, merchandise ataupun souvenir bahkan ukiran serta kerajinan tangan lainnya.

Dengan berfilosofi pada Awi Tilu Satangtung yang bermakna sama dengan filosofi kehidupan orang sunda yaitu Tritangtu. Tri artinya tiga, tangtu (bhs. Sunda) artinya pasti atau tentu. Tangtu, diperkirakan berasal dari bahasa Sansakerta, yakni tan yang berarti jaring labah-labah dan tantu yang artinya benang atau ikatan. Tri tangtu, pikukuh tilu, atau hukum tilu, adalah sebuah konsep atau gagasan berpikir filosofis yang rasionalitasnya digunakan untuk menjaga keselarasan dalam berkehidupan, baik secara vertikal maupun horizontal. Filosofi tri tangtu adalah, ”tiga untuk ber-satu, satu untuk ber-tiga”. Prinsipnya, bahwa ”tiga hal” itu sebenarnya adalah ”satu hal”, demikian sebaliknya. Bersifat paradoksal, menyatu ke dalam dan mengembang ke luar, dari luar tampak tenang, teguh, satu; dan di dalam aktif dengan berbagai aktivitas.

Ungkapan, dzat, sifat, atma; sir, rasa, pikir; tekad, ucap, lampah; silih asah, silih asuh, silih asih; nyawa, raga, pakean, naluri, nurani, nalar (SQ, EQ, dan IQ) dan sederet ungkapan lainnya, pada dasarnya adalah rucita (tuntunan) berkehidupan itu. Ungkapan tiga yang disatukan itu, adalah sebuah sistem hubungan yang masing-masing menjelaskan dan mempunyai makna kausalitasnya. Persoalannya, bagaimana kita bisa membaca sistem hubungan dibalik masing-masing aktivitas itu. Bahwa konsep pemikiran primordial tersebut memang memerlukan perenungan, namun intinya adalah, bagaimana manusia mengubah dirinya menjadi manusia yang lebih luhur sehingga bisa mencapai yang transenden, yakni mencapai apa yang berada di luar dunia nyata. Tekad dan Ucap tidak akan berbuah apapun tanpa Lampah. Demikian pula, tidak akan ada Lampah tanpa Tekad dan Ucap. Istilah ini dikenal oleh orang sunda dengan istilah Pok, Pek, Prak.

Awi Tilu Satangtung pun sama dalam pengertian seperti itu, dimana tiga ketentuan harus ada dalam satu kesatuan. Di masyarakat Sunda dikenal istilah Pok, Pek, Prak. Tatkala kita belajar di sekolah pun telah diajarkan hal seperti ajaran Ki Hajar Dewantara dengan bahasa seperti Tut Wuri Handayani, Ing Madya Mbangun Karso, Ing ngarso Sung Tulodo.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar